Sunday, October 22, 2023

Rantau

Dari 2006 sampai dengan sekarang , gk terasa sudah 17 tahun merantau dari Bangka. Mulai dari anak kuliahan sampai akhir menjadi pekerja di sini. Saya masih ingat dulu "becandaan" bersama dengan teman-teman saat awal-awal di kota ini... "saya tidak akan pulang sebelum menaklukkan Jakarta".. eh beneran gk pulang-pulang loh.

Di satu sisi sebagai perantauan, tujuannya adalah untuk mencari kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan kehidupan di daerah asal, supaya memulihkan khususnya keadaan ekonomi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Orang tua, saudara, sanak keluarga pun terpaksa ditinggalkan demi hal itu. 

Rasa kangen jelas sangat terasa di perantauan. Kadang pulang setahun sekali untuk berjumpa dengan orang tua, kadang hanya bisa telepon dan menanyai kabar. Sungguh masih beruntung dengan teknologi sekarang tidak hanya bisa mendengar suara tapi wajah pun bisa liat sehingga sedikit terobati. 

Melihat wajah orang tua yang semakin hari semakin tua dan rentah sangat memiluhkan hati. Pengen rasanya terus ada di sebelah mereka. Setiap kali berbicara dengan mereka, menanyakan bagaimana kabar mereka, apakah semua sehat-sehat dan baik-baik saja. Melihat mereka yang sendiri saja menua dan jauh dari anak-anaknya pasti berat buat mereka. Membayangkan bagimana dulu mereka merawat kita dari kita bahkan belum bisa berjalan sampai kita dewasa dan cukup mandiri untuk mencari jalan kita sendiri.

Pengen rasanya tuh, memeluk, atau duudk di pangkuan mereka dan menceritakan semua yang kita alami selama di sini. Bagaimana susahnya kita bekerja di sini, banting tulang mencari uang, bertemu dengan orang-orang yang tidak baik, berkonflik dengan orang lain, dipandang negatif oleh orang lain walau niat kita baik. Pengen rasanya mencurahkan dan berteriak dan menangis di hadapan mereka dan bilang "udah gk kuat lagi". 

Tapi gk bisa.... 

Ntah kenapa, gk tega rasanya membebani mereka dengan hal-hal seperti itu. Mereka pun sudah cukup susah memikirkan kita, gk tega rasanya membiarkan mereka tau kondisi kita yang seperti itu karena pasti akan menambah beban pikiran mereka lagi bahwa anak-anaknya yang jauh dari mereka tidak dalam kondisi yang baik-baik. Orang tua mana yang tega membiarkan anaknya dalam kondisi yang tidak baik. 

Pada akhirnya hanya bisa diam, dan membiarkan mereka berbicara dan kita yang mendengarkan segala cerita mereka. Dan entah kenapa itu lumayan cukup walau sedih rasanya mendengarkan cerita mereka tetapi tidak ada di sebelah mereka. Membayangkan mereka yang semakin dan menua dan tidak tau sampai kapan kita masih bisa melihat mereka. 

Ada banyak perasaan yang berkecamuk di dalam hati. Sedih karena jauh dari mereka, capek karena kehidupan kita sendiri tidak baik-baik saja juga, marah karena kita belum bisa memberikan yang terbaik juga untuk mereka, malu karena sebagai anak belum juga menjadi sesuai harapan mereka...

Saya cuma bisa berdoa semoga saya masih memiliki kesempatan untuk memenuhi harapan dan keinginan mereka. Saya mohon Ya Tuhan....

0 comments:

Post a Comment