Beberapa minggu yang lalu, gw sempet pulang kampung selama 3 hari ke Bangka. Tujuan utamanya adalah buat ngurus KTP gw yang sudah expired lebih dari 6 bulan yang lalu. Yah.. sebenernya sebelum expired dulu gw udah sempet pulang kampung untuk urus tu barang, tetapi setelah gw balik ke jakarta dengan gampangnya petugas sana bilang kalau rekaman data yang gw lakuin itu gagal dan harus diulang. Yang berarti gw harus pulang lagi untuk urus tu KTP.
Lalu gw pun balik lagi ke Bangka. Gw datengin ke tempat yang sama dulu di kantor kecamatannya. Sampai di sana petugasnya bilang, bahwa dia gk berani jamin kalau dilakukan perekaman di sini akan berhasil. Dia lebih nyaranin gw untuk langsung ke kabupaten yang mana itu jaraknya puluhan kilo dari kota.
Akhirnya gw putusin untuk pergi ke sana hari itu juga, sewa angkot dan memakan waktu 3 jam untuk sampai ke sana. Setelah sampai di sana, dilakukan perekaman dan memang ternyata proses perekaman itu sangatlah cacat. Gk usah jauh2, aplikasi yang dipakai untuk perekaman itu berkali-kali mengalami error tak terkendali ckckckckk....
Kalo di kabupaten saja seperti itu, gimana kecamatannya. Dan gw juga bingung padaal kecamatannya ada di kota dan itu lebih maju dari kabupaten. Lucunya itu jalur datanya itu adalah dari kecamatan-kabupaten-pusat(Jakarta)-kabupaten-kecamatan. Lu suruh gw ke kabupaten, kenapa gk sekalian aja gw ke Jakarta. Katanya elektronik... apa perkembangan IT sekarang masih kurang untuk mengatasi masalah seperti itu..??
Gw gk tau ntah dimana sisi kesalahannya sehingga kejadian seperti itu bisa terjadi. Gw tau project e-KTP itu memang alakadarnya. Terakhir memang project itu tertangkap KPK sebagai indikasi korupsi. hehhmmm...
Ya.... yg penting KTP sudah selesai dan berlaku seumur hidup.. mudah2an prosedurnya lebih dipermudah lagi. Gw belum ngerasain apa manfaat dari kata-kata 'elektronik'nya itu.
=====
Walaupun begitu, ada hikmah di balik itu semua. Sepanjang perjalanan menuju kabupaten itu gw ngelewatin daerah KOBA yang mana bisa dibilang daerah pesisir pantai. Sepanjang jalan itu dari jalan raya terlihat pantai membentang luas. belum lagi saat memasuki daerah pemukimannya, ternyata semacam desa nelayan gitu.
Gk mampir sih, cuma kelihatan aja. Tapi, ada yang agak kurang srek di sana. Orang-orang sana banyak yang jual telur penyu. Sebutir 3ribu rupiah. Sayang kan.. gk tau apa ada konservasi atau gk. Kan semacam gk ada knowledge bahwa penyu itu harus dilindungi...