Kalau lagi sedih, banyak pikiran gini sampai kebawa-bawa ke sakit selalu saja pikirannya kembali ke rumah ketemu sama Ibu. Pengen rasanya dipeluk,dirawat sama Ibu sambil dimarahin. Dia memang marah dan jutek tapi dia melakukan itu karena kuatir. Pengen makan makanan yang dimasak ibu, makan sambal cabe ijo + tauco buatan ibu yang sering ibu buat sedari aku kecil. Pengen makan semeja dengan ibu lagi. Pengen buat ibu makan yang banyak karena sering melihat ibu yang makannya hanya secuil lebih sedikit dari kucing.
Tak ada luka, tak ada darah...tapi rasanya sakit Bu...
Pengen rasanya nyeritain semua yang gw alami selama ini, selama hidup di perantauan dan menjauh darinya. Pengen menumpahkan semua masalah yang kuhadapi kepadanya, bercerita bagaimana yang kurasakan, apa yang orang lain lakukan padaku, apa yang dunia perbuat kepadaku, bagaimana saya sudah mengecewakannya, bagaimana kegagalan-kegagalan yang sudah kualami. Bagaimana rasanya aku bahagia melihat orang lain bahagia tetapi sekaligus sedih karena aku tidak bisa mengalami apa yang mereka alami. Pengen rasanya menangis di pangkuannya, meluapkan segalanya dan terlelap tidur melupakan segalanya.
Tapi,
saya laki-laki. Saya harus kuat di hadapannya apapun yang terjadi padaku, apapun yang orang lain perbuat padaku. Saya tidak mau lemah di hadapannya. Lagi pula saya tidak mau membuat dia kuatir dengan segala permasalahanku...
"Bu, apa kau tau setiap kali aku merasa sedih, kecewa, malu, bahagia, senang, sakit...di dalam kesendirian aku selalu memanggil namamu...seakan-akan kau ada di sampingku?"
"Bu, aku letih...bolehkah aku istirahat sejenak?...aku kangen ibu..."
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.